Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasi Jamblang Bu Marni

Kompas.com - 28/06/2010, 15:37 WIB

LOKASINYA betul-betul di pojokan. Tepatnya di samping pintu gerbang sebelah barat Pelabuhan Cirebon. Dari tempat sederhana ini, nasi jamblang Bu Marni kesohor sampai melintas batas Cirebon.

Matahari sudah melewati titik kulminasi, tetapi teriknya masih menyengat. Kesibukan di sekitar Pelabuhan Cirebon mulai mengendur. Di sebuah pojokan, tepatnya di depan pintu gerbang sebelah barat pelabuhan, beberapa mobil dan bis berhenti di area parkir. Satu per satu penumpangnya turun memasuki celah sempit, pas badan. Satu-satunya penanda yang ada di situ adalah papan hijau bertuliskan ”Nasi Jamblang, Buka”.

Dari tampilan fisik tak ada yang istimewa dari warung Bu Marni ini. Bahkan, yang satu ini amat sederhana. Lantai beralas semen, jendelanya ruang terbuka yang ditutupi kawat. Dindingnya yang terbuat dari papan, penuh dihiasi spanduk bekas.

Di ruangan berukuran sekitar 4 x 8 meter itu, bangku-bangku dan meja panjang diletakkan berderet. Suasananya tak beda dengan warteg pada umumnya. Dengan puluhan pengunjung yang datang sekaligus, warung Bu Marni kontan terasa sesak.

Mereka dengan sabar mengantre, menunggu dilayani Bu Asneni, juru masak di warung itu. ”Monggo Bu, lauknya mau apa?” kata Bu As setelah menyendok secentong nasi hangat yang ditamplokkan ke atas selembar daun jati.

Di hadapan Bu As ada lebih dari delapan baskom yang masing-masing berisi satu jenis lauk. Paru goreng, semur daging, semur tahu, tempe goreng, pepes rajungan, sambal goreng kerang, perkedel, dan tak ketinggalan sambal merah khas Bu Marni.

Ketika perut sedang lapar, sulit untuk memilih lauk mana yang akan diambil dan tidak diambil. Semua ingin dicoba. Hanya saja, ini pesan pemilik warung, Sumarni (54), ”Sambal kerang dan sambal merah harus dicoba. Kata orang, sambal buatan saya enak hi-hi-hi,” kata Sumarni pelan sambil tersipu malu.

Sumarni memang tidak berniat menyombong mengingat resep kesuksesannya sederhana saja. ”Alhamdulillah kalau nasi jamblang Ibu dibilang enak. Resep Ibu biasa saja. Buat Ibu, yang utama itu kerja harus ikhlas, harus jujur, sering puasa,” katanya.

Sambal buatan Bu Marni, meskipun warnanya merah membara, toh tidak menyengat di lidah. Sambal yang ditumis dengan campuran bawang itu malah menambah selera makan. Apalagi kalau dicampur rajungan yang disajikan dalam pincuk daun.

Menyuap nasi jamblang paling nikmat tanpa sendok dan garpu. Terlebih ketika jemari mencocol sambal yang terburai di atas nasi hangat yang masih mengepul.... Akan lebih komplet lagi bila diselingi kerupuk rambak yang renyah dan kemudian ditutup dengan tegukan teh manis hangat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com